Kamis, 19 Maret 2015

Perbedaan Stalaktit dengan Stalakmit

Jika ada waktu luang, libur semesteran katakanlah kalau anak sekolah, coba anda menyempatkan sedikit waktu untuk berwisata ke daerah yang memiliki obyek wisata Goa. Seperti yang saya lakukan baru-baru ini adalah mengunjungi obyek wisata goa Pindul di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Subhanalloh, dengan didampingi dua orang pemandu saya disuguhi pemandangan yang tidak pernah dijumpai di alam terbuka. Indah dan menakjubkan, begitu besar kekuasaan Allah. SWT.
Pemandangan yang sangat indah itu adalah berupa bebatuan kapur yang membentuk ornament-ornamen dengan berbagai bentuk dan ukuran, bahkan ada batu yang disebut “Gong” karena setelah dipukul bisa berbunyi alat gamelan yang disebut dengan “gong”.
Ornamen-ornamen yang membentuk bebatuan indah itu adalah “Stalaktit” yang bergelantungan di langit-langit goa dan “Stalakmit” yang muncul dari bawah ke atas.
Semula saya sempat bingung apa yang disebut stalaktit dan apa yang dimaksud stalakmit. Setelah memperoleh penjelasan dari dua pemandu kami baru mengerti, bahwa Stalaktit adalah sejenis mineral sekunder (speleothem) yang menggantung di langit-langit goa kapur.
Sedangkan Stalakmit adalah batuan yang terbentuk di dasar goa, hasil tetesan air dari langit-langit goa. Stalaktit dan Stalakmit ini masuk dalam jenis “batu tetes” atau disebut dripstone.
Proses terjadinya Stalaktit dan Stalakmit adalah pelarutan air di daerah kapur secara terus menerus. Air yang larut tersebut masuk ke dalam lubang-lubang hingga turun ke goa dan menetes ke dasar goa. Tetesan-tetasan air tersebut berubah menjadi batuan berbentuk runcing.

Stalaktit membentuk batuan runcing ke-arah bawah, sedangkan Stalakmit membentuk batuan cuncing dari bawah ke atas. Menurut penjelasan dari pemandu kami, pertumbuhan Stalaktit dan stalakmit di Goa Pindul itu membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk ketebalan sekitar 1 milimeter, katanya. (s.bag)
Sumber: Klik Disini

0 komentar:

Posting Komentar